Selasa, 17 April 2012

WARISAN NENEK



BAB IIIX.

WARISAN  NENEK

A. PENGERTIAN NENEK

Nenek adalah ibunya si ibu. Para ulama’ ilmu mawaris  membedakan nenek menjadi dua macam:  nenek shahihah (nenek benar) dan kakek ghairu shahih (kakek yang tidak bersatatus benar).  Secara istilah pengertian nenek shahiah adalah leluhur perempuan (nenek) yang dipertalikan kepada si mati tanpa kakek ghair shahih atau diselingi oleh kakeh shahih. Maksudnya adalah nenek si mayit yang hubungannya tidak diselingi oleh kakek sama sekali, seperti terlihat dalam bagan berikut:


 

























Keterangan :
 I.      Ali, putra Musa, kawin denga Zaenab melahirkan Muhammad. Khalid kawin dengan Fatimah melahirkan Humaidah kemudian Muhammad kawin dengan Humaidah melahirkan Husain.
II.      Bakar kawin dengan Nafisah, putri Zakiyah, melahirkan Hasan, Ibrahim kawin dengan Sarah melahirkan Khadijah. Kemudian Hasan kawin dengan Khadijah melahirkan Hindun.
III.      Akhirnya Husain kawin dengan Hindun melahirkan Zaid. Maka dapat ditentukan leluhur-lehur yang termasuk :
Kakek Shahih :
1.      Muhammad     (nomor 3)
2.      Ali                   (nomor 1)
3.      Musa               (nomor H)
Kakek gairu shahih :
1.      Khalid             (nomor 4)
2.      Hasan              (nomor 10)
3.      Bakar               (nomor 8)
4.      Ibrahim            (nomor 11)
Nenek shahihah :
1.                        Khadijah            ibunya ibu,  (nomor 13) 
2.                        Humaidah          ibunya bapak, (nomor 6)
3.                        Sarah                  ibu ibunya ibu (nomor 12)
4.                        Fatimah  ibu ibunya bapak (nomor 5)
5.                        Zaenab               ibu bapaknya bapak. (nomor 2)
Nenek ghairu shahihah :
1.      Nafisah            (nomor 9)
2.      Zakiyah           (nomor Y)

 

B. BAGIAN KAKEK DAN DASAR HUKUMNYA

Penjelasan tentang bagian nenek tidak ada dalam al-Qur’an. Tetapi, bagian nenek dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammada, saw, bahwa nenek memeiliki dua keadaan: menyendiri atau bersamaan dengan nenek lainnya. Dalam dua keadaa itu mereka mendapat 1/6 bagian selama tidak ada ibu yang menghijabnya. Pendapat ini berdasarkan hadist berikut:
عن قبيصة بن ذؤيب أنه قال: جاءت الجدة إلى أبي بكر الصديق رضي الله عنه تسأله ميراثها, فقال: "مالك في كتاب الله تعالى شىء وما علمت لك في سنة نبي الله صلى الله عليه وسلم شيئا فارجعي حتى أسأل الناس!" فسأل الناس, فقال المغيرة بن شعبة: "حضرت رسول الله صلى الله عليه وسلم أعطاها السدس". فقال أبو بكر: "هل معك غيرك ؟" فقام محمد بن مسلمة: فقال "مثل ما قال المغيرة بن شعبة فأنفذه لها أبو بكر رضي الله عنه. ثم جاءت الجدة الأخرى إلى عمر بن الخطاب [ رضي الله عنه ] تسأله ميراثها فقال: "مالك في كتاب الله تعالى شىء وما كان القضاء الذي قضي به إلا لغيرك وما أنا بزائد في الفرائض ولكن هو ذلك السدس فإن اجتمعتما فيه فهو بينكما وأيتكما ما خلت به فهو لها" [1].
Dari Qabishah, ia menjelaskan bahwa  ada seorang nenek (ibunya bapak) datang  menghadap kepada Abu Bakar untuk menanykan hak nya dalam waris. Abu Bakar menjawab: “Kamu tidak memiliki hak sedikitpun dalam al-Qur’an dan aku tidak tahu hakmu dalam al-Sunnah. Oleh karena itu, kembalilah sampai aku menanyakan kepada  orang lain, kemudian Abu Bakar menanyakan kepada Mughirah. Mughirah pun menjawab, bahwa ia pernah mengetahui Rasulullah memberikan warisan kepada nenek 1/6. Abu Bakar bertanya: “Apakah ada orang lain bersamamu”?. Muhammad bin Maslamah menjawab seperti perkataan Mughirah. Setelah itu, Abu Bakar dapat menetapkan 1/6 bagian bagi nenek. Pada saat yang lain, seorang  nenek datang bertanya kepada Umar bin Khatthab, beliau pun menjawab: “Kamu tidak mempunyai hak sedikitpun dalam al-Qur’an dan tidak ada ketentuan yang dapat dipergunakan  untuk menetapkan kecuali untuk orang lain. Saya tidak menambah dalam ketentuan sedikitpun. Tetapi, hanya 1/6 saja. Oleh karena itu, jika kamu berdua bersama-sama, maka 1/6 itu dibagi bersama. Tapi jika kalian hanya seorang maka ia mendapat 1/6 itu.

Dalam hadis yang lain disebutkan, bahwa seorang nenek mendapat 1/6 bagian dari orang yang meninggal sesuai  dengan hadis berikut:
عن ابن بريدة عن أبيه : أن النبي صلى الله عليه وسلم جعل للجدة السدس إذا لم تكن دونها أم .
(Diceritakan) dari  Burdah dari bapaknya, bahwa Nabi saw menjadikan (bagian) untuk nenek 1/6, apabila tidak bersama ibu.

C.  HIJAB DAN MAHJUB
Nenek dapat dapat dihijb oleh:
  1. Ibu
  2. Ayah dapat menghijab nenek jurusan ayah  saja, sementara nenek lewat jurusan ibu tidak dapat dihijabnya, tetapi ia bersama-sama mendapatkan bagian, dimana bapak mendapat ashabah.
  3. Kakek shahih dapat menghijab nenek jurusan ayah saja.sementara nenek yang berjurusan ibu tidak dihijabnya.
  4. Nenek yang lebih dekat kepada rang yang mati.

D. CONTOH PENYELESAIAN WARISAN NENEK
a.      Contoh 1/6 bagian
1.      Seorang meninggalkan harta sejumlah sejumlah Rp. 36.000,- ahli warisnya terdiri dari :
Asal masalah 6
·         1 Nenek           :1/6                  6 : 6  = 1x 36.000/6 = Rp    6.000
·         Anak laki-laki  :Ashabah                     5x 36.000/6 = Rp. 30.000,-
2.      Seorang meninggalkan harta sejumlah sejumlah Rp. 36.000,- ahli warisnya terdiri dari :
Asal masalah 24
·         Istri                  :1/8      24 : 8 =  3 x 36.000/24 =   4.500
·         2 Nenek           :1/6      24 : 6 =  4 x 36.000/24 =   6.000/2 = 3.000
·         Cucu laki-laki  :Ashabah         17 x 36.000/24 = 25.500
3.      Seorang meninggalkan harta sejumlah sejumlah Rp. 36.000,- ahli warisnya terdiri dari :
Asal masalah 6
·         Kakek                      :1/6   6 : 6  = 1 x 36.000/6 = Rp   6.000
·         Ibu                           :1/6   6 : 6  = 1 x 36.000/6 = Rp   6.000,-
·         2 cucu laki &prm         :Ashabah  4 x 36.000/6 = Rp. 24.000/2 = 12.000
·         Nenek                          : gugur oleh ibu
4 Seorang meninggalkan harta sebesar Rp 72.000,- ahli warisnya terdiri dari:
Asal masalah 24
·   Isteri            :1/8   24 :  8 =                  3 x 72.000/24 = Rp.  9.000
·   1 anak prp.p:1/2   24 :  2 =                12 x 72.000/24 = Rp 36.000
·    Kakek         :1/6 24 :  6 =  4+1 (sisa)  5 x 72.000/24 = Rp 15.000
·    Nenek         :1/6   24 :  6 =                  4 x72.000/24 = Rp 12.000●


[1] Abu Daud, Sunan Abi Daud, nomor hadir 2894 (Bairut: Dar al-Fikr, tt).jilid II: hlm. 136

2 komentar: