EKSISTENSIALISME
A. Eksistensialisme Manusia
Eksistensialisme
dan fenomenologi marupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukan
pemberontakan tambahan terhadap metode-metode dan pandangan-pandangan filsafat
barat yang teradisional. Tetapi gerakan ini sangat berbeda dengan pemberontakan yang dilakukan oleh filsafat
analitik yang telah kita bicarakan pada pasal yang lalu. Gerakan-gerakan yang
akan kita bicarakan dalam pasal ini
mencakup fikiran-fikiran filosof, Ahli Biologi, Ahli sandiwara dan seniman; ada
yang protestan, roma katholik, atau yahudi, ada yang theis dan ada yang atheis,
eksistensialisme dan fenomenologi
menyajikan sikap atau pandangan yang menekankan kepada eksistensi manusia,
adalah kualitas-kualitas yang membedakan antar individu (perorangan) dan tidak
membicarakan manusia secara abstrak atau membicarakan alam atau dunia secara
umum.
1. Beberapa Sifat
Eksistensialisme
a. Gerakan protes
Istilah eksistensialisme tidak
menunjukan suatu system filsafat secara khusus. Terdapat perbedaan-perbedaan
yang besar antara bermcam-bermacam
filsafat yang biasa dikelompokan sebagai filsafat eksistensialis, tetapi
meskipun begitu terdapat tema-tema yamg sama memberi ciri kepada
gerakan-gerakan eksistensialis. Pertama, eksistensialisme adalah:
pemberontakan terhadap beberapa sifat
dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Dalam satu segi, eksistensialisme merupakan
suatu protes terhadap rasionalisme yunani, atau tradisi klasik dari filsafat,
khususnya pandangan yang spekulatif tentang manusia seperti pandangan Plato dan
Hegel.
Dalam “ sistem-sistem” jiwa
individual atau si pemikir, hilang dalam universitas yang abstrak atau dalam
aku universal. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis
terhadap konsep-konsep “ Akal” dan “ Alam” yang ditekankan pada priode
pencerahan ( englightenment) pada abad ke-18. “
penolakan untuk
mengikuti suatu aliran, penolakan terhdap kemampuan sesuatu kumpulan keyakinan,
khususnya kemam
Puan sistim, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional
yang bersifat dangkal, akademik dan jauh dari
kehidupan, semua itu adalah poko dari eksistensialisme. Eksistensialisme
juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal tampa kepribadian)
dari zaman industri modern atau zaman teknologi, serta pemberontakan terhadap
gerakan massa zaman sekarang. Masyarakat industri condong untuk menundukan
orang seorang kepada mesin, begitulah paham eksistensialis; manusia adalah
dalam bahaya menjadi alat, computer atau obyek. Saintisme hanya melihat
tindakan luar dari manuusia hanya sebagai satu bagian dari fisik.
Eksistensialisme juga merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter, baik
gerakan fasis, komunis, atau lain-lainnya yang condong untuk menghancurkan atau
meneggelamkan perorangan di dalam kolektif manusia.
2. Diagnosis Tentang
Predikamen (kedudukan sulit) dari Manusia
Eksiistensialisme adalah suatu
filsafat yang melukiskan dan mendiagnosa kedudukan manusia yang sulit. Dalam
hal ini, Eksistensialisme merupakan penekanan kembali terhadap beberapa pikiran
yang terdahulu. Beberapa pengikut eksistensialisme merupakan bahwa gerakan
tersebut bukan hanya bersifat “ lama” dan “ modern” akan tetapi bersifat
“abadi”. Eksistensialisme sebagai suatu unsur
yang universal dalam segalah pemikiran adalah usaha manusia untuk
melukiskan eksistensinya serta konflik-konflik eksistensi tersebut. Asal mula
komplik tersebut serta upay untuk mengatasinya. Di mmana saja kedudukan manusia
sulit dilukiskkan baik secara teologi ataupun filsafat baik secara puitis atau
secara seni, di situlah kita mendapatkan eksistensialis.
Kedua eksistensialisme hanya menekankan situasi
manusia dan prospek ( harapan ) manusia di dunia, maka ia terdapat juga di
dalam agam yahudi, kristen dan terjuga terdapat di dalam cara yang dilakukan
pleh filosof seperti Socrates dalam mengannalisa dan memahami diri sendiri.
Dalam arti ini eksistensialisme boleh dikatakan filsafat lama dan juga filsafat
modern. Sebagai gerakan modern, eksistensialisme tersohor hanya pada abad ke 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar